Kamis, 28 Maret 2013

Reportase : Mengapa Buruh Tidak Mau Aktif Berserikat?

7 ALASAN BURUH TIDAK AKTIF DALAM PENDIDIKAN SERIKAT PEKERJA…??? 


Apa saja permasalahan yang dihadapi seorang buruh sehingga enggan untuk belajar dan mengikuti pendidikan serikat pekerja?

Komisi Kaderisasi dan Pendidikan yang dibentuk dalam Rakernas FSPMI  menyebut 7 (tujuh) alasan kaum buruh, sehingga mereka enggan mengikuti kegiatan pendidikan serikat pekerja. Inventarisasi masalah seperti ini penting dilakukan, agar program pendidikan di  FSPMI kedepan berpijak pada realitas. Menyelesaikan akar persoalan.

Ibarat kerja seorang dokter, tidak lagi terjadi mall praktek karena salah mendiagnosis suatu penyakit.



Sebenarnya, tanpa membuat inventarisasi masalah pun, kita sudah mengetahui penyebabnya. Tetapi justru seringkali kita terjebak dalam hal-hal yang sederhana seperti ini. Akibatnya, agenda kaderisasi dan pendidikan seringkali tidak menjawab kebutuhan. Dari permasalahan yang ada, barulah kemudian kita mengambil tindakan yang berbasis pada realitas. Sebagai contoh, ketika kita menyadari pendidikan serikat pekerja seringkali hanya sekedar transfer pengetahuan, maka FSPMI menjawab dengan 
Pendidikan Kesadaran Kelas/Ekopol.


Berikut adalah inventarisasi masalah yang berhasil disusun oleh Komisi Kaderisasi dan Pendidikan:

1. Banyaknya Penitip Nasib
Apakah keberhasilan dari perjuangan serikat pekerja hanya dinikmati oleh mereka yang berjuang? Jika pada akhirnya semua menikmati, lalu mengapa harus capek-capek ikut berjuang?  Pemikiran sesat seperti ini seringkali hinggap di benak banyak orang. Sadarkah mereka, jika partisipasi terhadap gerakan bisa dimaksimalkan, maka cita-cita perjuangan akan lebih cepat bisa diwujudkan?

2. Tidak Mau Beranjak dari Zona Nyaman
Seberapa banyak buruh yang tingkat kesejahteraan di perusahaannya sudah setingkat lebih baik, seringkali partisipasinya terhadap gerakan melemah? Mereka yang merasa sudah mendapatkan segalanya, lalu merasa tidak lagi perlu terlibat dalam gerakan perubahan apapun? Sadarlah kawan, tidak ada jaminan, bahwa apa yang kalian nikmati hari ini akan tetap kalian nikmati nanti.

3. Usia yang Semakin Menua
Buruh yang sudah tua dan mendekati masa pensiun dalam beberapa tahun kedepan – dan ini jumlahnya relatif banyak – jarang ada yang bersedia untuk ikut dalam pendidikan serikat pekerja. Mereka beranggapan pendidikan seperti ini tidak penting lagi. Hanya buang-buang waktu. Hal ini diperparah dengan minimnya SDM pendidik dalam serikat buruh yang memahami dan mampu mengimplementasikan konsep pendidikan orang dewasa.

4. Malas
Rasa malas hadir, saat kita tidak memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan suatu kegiatan. Saat kita tidak bisa melihat, besarnya manfaat yang akan kita dapatkan.

5. Kesibukan
Berapa banyak buruh yang memilih lembur ketimbang belajar? Seberapa banyak lagi yang memilih usaha sampingan ketimbang datang dalam kegiatan yang diselenggarakan serikat pekerja? Lembur, terkadang menjadi solusi instan untuk menyelesaikan permasalahan akan kecilnya penghasilan. Tetapi itu bukan solusi yang paripurna. Tidak adakah keinginan dari mereka untuk membuat perubahan yang mendasar dan menyeluruh?

6. Biaya
Uang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya membutuhkan uang. Tak jarang kegiatan pendidikan urung dilakukan hanya karena permasalahan klasik: tidak tersedia anggaran. Bukankah pendidikan serikat pekerja tidak harus dilakukan di hotel berbintang? Di bawah langit dengan disaksikan ribuan bintang dan rembulan pun bisa dilakukan, bukan?

7. Keluarga
Pada satu sisi, keluarga juga bisa menjadi penghambat. Berapa banyak suami yang dilarang istrinya ikut kegiatan yang diselenggarakan serikat pekerja? Berapa banyak suami yang melarang istrinya untuk aktif dalam organisasi? Alangkah lebih indahnya, jika dalam keluarga tumbuh budaya untuk saling menguatkan. Memberikan dukungan, satu sama lain, untuk terus tumbuh dan berkembang. Bukan lantas menyandera pasangannya, di rumah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar